Buku Saku Kontra Narasi Extremisme Kekerasan untuk membekali petugas pemasyarakatan.

Petugas pemasyarakatan memiliki peran krusial dalam proses deradikalisasi. Mereka adalah garda terdepan yang secara intensif berinteraksi dengan narapidana terorisme. Namun, posisi mereka juga membuat mereka rentan terpapar ideologi radikal, jika mereka tidak memiliki resiliensi yang kuat. Ketrampilan kontra narasi dengan menggunakan argumentasi keagamaan dianggap penting dan harus ditingkatkan.

Karena itu, Working Group on Women and PCVE (WGWC) dan AMAN Indonesia bekerja sama dengan Rahima untuk memproduksi sebuah Buku Saku Kontra Narasi Extremisme Kekerasan untuk membekali petugas pemasyarakatan.

Pada tanggal 20 Februari 2023, buku praktis ini akhirnya telah siap untuk disosialisasikan kepada seluruh petugas lapas, baik laki-laki maupun perempuan. Sebanyak 15 peserta perwakilan dari Dirjend Lapas, YPP, AMAN Indonesia, dan Rahima menghadiri acara Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di Swiss-Belresidences Kalibata. Workshop sehari ini membahas tentang kurikulum peningkatan kapasitas yang akan dilakukan di sejumlah Lapas, meskipun karena keterbatasan dana, program pilot ini akan dimulai di Lapas Bandung.

Peserta FGD sepakat bahwa proses peningkatan kapasitas harus melibatkan pemahaman terhadap geneologi terorisme, mengidentifikasi narasi-narasi utama kelompok terorisme, memperkuat kapasitas kontra narasi, ketrampilan komunikasi persuasif, dan rencana tindak lanjut. Pendekatan belajar dari pengalaman para petugas pemasyarakatan akan membuat proses ini menjadi menarik. Dari pengalaman yang digali, forum akan menemukan sejumlah elemen kunci dalam membangun kontra narasi.

Salah satu peserta FGD, Pak Gagah, menyatakan bahwa kontra narasi harus menemukan celah yang tepat. Menurutnya, setiap narapidana memiliki keunikan dan cara pemahaman yang berbeda terkait ajaran agama. Tetapi jika kita memahami karakter organisasi yang mereka ikuti, kita bisa menemukan narasi yang tepat untuk mengimbangi perbincangan dengan mereka. Hal ini menunjukkan pentingnya pengembangan keterampilan kontra narasi yang lebih terperinci dan spesifik.

Khoirumanunah, Direktur Reach Out Yayasan Prasasti Perdamaian, menjadi fasilitator dalam proses FGD ini. Dalam upayanya untuk mencegah radikalisme, keterampilan kontra narasi akan menjadi senjata yang efektif bagi para petugas pemasyarakatan untuk menghadapi tantangan di masa depan.

 

 

#deradikalisasi #kontranarasi #pemasyarakatan #antiterorisme #keterampilanpemasyarakatan #perempuanantiterorisme #lapasbandung #wgwc #amanindonesia #rahima #prasastiperdamaian #radikalisme #pencegahanradikalisme.

Leave a Reply

Your email address will not be published.